Kenapa saya pilih Ludruk???mungkin itu merupakan salah satu pemicu saya untuk membuat blog ini. Berawal dari menjadi Mahasiswa ITB yang berasal dari Jawa Timur akhirnya saya memilih unit kegiatan mahasiswa ini sebagai naungan saya selama di ITB. Sebenarnya nama ini tidak terlalu asing bagi saya karena orang tua saya juga sering menonton Ludruk di salah satu stasiun TV lokal Jawa Timur, selain itu waktu SMA saya juga pernah menonton secara langsung dengan lakon Sarip Tambak Oso. Langsung saja berikut mengenai beberapa informasi tentang Ludurk dari website kesukaan saya wikipedia.org
Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski terkadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkotan, etc).
Sebuah pementasan ludruk biasa dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerakan "Pak Sakera ", seorang jagoan Madura.
Ludruk berbeda dengan ketoprak dari Jawa Tengah. Cerita ketoprak sering diambil dari kisah zaman dulu (sejarah maupun dongeng), dan bersifat menyampaikan pesan tertentu. Sementara ludruk menceritakan cerita hidup sehari-hari (biasanya) kalangan wong cilik
Selain dari wikipedia saya juga mendapat informasi dari salah satu Group di Facebook Komunitas Parikan "Cak Durasim" Suroboyo
Parikan atau kidungan adalah salah satu bagian dalam kesenian tradisional ludruk. Di dalam ludruk, ada tiga jenis parikan saat bedayan (bagian awal permainan ludruk). Yaitu, lamba (parikan panjang yang berisi pesan), kecrehan (parikan pendek yang kadang-kadang berfungsi menggojlok orang) dan dangdutan (pantun yang bisa berisi kisah-kisah kocak).
Dalam ludruk yang benar-benar murni, seorang seniman ludruk paling tidak harus bisa parikan selama dua jam tanpa putus. Selain itu, parikan tersebut harus dituntut kontemporer. Artinya, parikan tersebut harus sesuai kondisi-situasi sosial yang ada. Jadi, parikan tidak boleh sesuatu yang monoton. Spontanitas menempati porsi terbesar dalam hal ini. Prosesnya selalu dimulai dengan parikan yang sudah dihafalkan. Baru setelah tiga hingga empat parikan karya-karya spontanitas dimunculkan.
Seorang pemain ludruk yang hendak parikan biasanya mengamati kondisi masyarakat sekitar tempat pertunjukan agar bisa membawakan parikan yang mengena dan bisa diterima oleh para penontonnya.
Parikan mungkin adalah salah satu budaya asli dari jawa timur khususnya dari Surabaya. Sejarah pernah mencatat bahwa, seorang seniman arek Suroboyo lewat parikan pernah membuat parikan yang membuat kebakaran jenggot pemerintahan balatentara Jepang/Nippon.
” Bekupon omahe doro, melok Nippon tambah sengsoro “
Kalimat diatas disebut parikan, yang dikidungkan oleh Cak Durasim, pemain ludruk yang sedang melaksanakan pentas didesa Mojorejo-Kabupaten Jombang pada tahun 1943. Akibat sebaris kalimat itulah Cak Durasim ditangkap, disiksa oleh tentara Jepang dan akhirnya mereka menyeret Cak Durasim ke penjara. Cak Durasim meninggal dunia setahun kemudian.
Parikan Ludruk memang sarat dengan kritikan, baik kepada pemerintah maupun kritik terhadap kondisi sosial masyarakat.
Jepang yang datang ke Indonesia dengan mengaku sebagai saudara tua itu tak jauh berbeda tabiatnya dengan pendahulunya. Manis pada mulanya, dan biadab beberapa saat setelahnya. Paribasan Jawa berbunyi ” nek galak ojo cluthak” ternyata tak berlaku bagi kaum penjajah. Mereka bukan hanya galak, sadis, kejam, tetapi juga cluthak, harta benda rakyat dikuras oleh maling yang serakah. Rakyat juga dipaksa menanam jarak untuk minyak pelumas senjata tentara Jepang.
Mulut manis berisi propaganda 3A yaitu Jepang pemimpin Asia, Jepang pelindung Asia dan Jepang cahaya Asia itu bak iklan sabun murahan. Harum baunya ketika masih baru, setelah itu busanya menyebabkan kulit menjadi gatal-gatal.
Katanya jumat desember ini ada pentas lagi. D mana beli tiketnya? Saya gak mau ketinggalan :) Mo beli 8 nih buat bala kecebong d kosan :)
BalasHapus